B.J HABIBIE Tokoh Jenius yang disia-siakan INDONESIA
Bacharuddin Jusuf Habibie ini adalah sosok yang dikagumi di Indonesia akan keahliannya sebagai seorang insinyur di dunia penerbangan. Ia juga sempat menjadi presiden ke-3 Indonesia yang hanya menjabat dalam waktu yang singkat yaitu sejak 20 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999.
Sebagai seorang Menristek pada masa pemerintahan Soeharto, ia sempat merasa kecewa dengan gagalnya proyek besar pembuatan pesawat N250 dan N2130 karena krisis ekonomi pada tahun 1997-1998. Ia berpendapat bahwa langkah Presiden Soeharto waktu itu untuk menghentikan pendanaan IPTN adalah langkah gila. Pasalnya, ribuan ahli IPTN di bawah komandonya telah mempersiapkan segala macam riset dan uji coba untuk mengembangkan pesawat N250 dan pesawat jet penumpang N2130 setelah sukses dengan pengembangan pesawat CN-235.
Usaha Habibie sudah matang 80 persen. Ia mendirikan pusat pengembangan di Amerika dan Jerman untuk pasar Eropa, Afrika, dan Timur Tengah. Tujuannya adalah agar pesawat buatan putra-putri Indonesia mengudara dan menguasai industri penerbangan dunia. Dengan adanya 16 ribu pekerja profesional IPTN dan dengan bantuan dana pemerintah, Indonesia seharusnya sudah bisa menguasai pasar pesawat dunia saat ini
Tapi nyatanya, Presiden Soeharto akhirnya menghentikan pembiayaan ke IPTN karena desakan IMF. Padahal di Amerika dan Eropa saja pesawat tersebut sudah test flight hingga 800 jam terbang. Tentu membubarkan industri strategis memang hal gila. Operasi akhirnya berhenti dan 16 ribu pekerja bubar dan harus mencari kerja di tempat lain. Akhirnya banyak dari mereka yang harus berkarir di perusahaan pesawat luar negeri seperti Boeing dan Airbus. Sesuatu yang oleh Habibie sendiri disebut ‘edan’.
Bukan cuma itu saja rasa kecewa yang harus ia terima. Ketika menjabat sebagai seorang presiden dalam waktu singkat, pihak oposisi juga menyerangnya. Menurut mereka, kesalahan terbesar saat menjabat sebagai presiden adalah mengijinkan adanya referendum provinsi Timor-Timur dan mengadakan jejak pendapat bagi warga provinsi tersebut apakah mereka memilih merdeka atau tetap menjadi bagian dari Indonesia. Ternyata akhirnya, Timor-Timur lepas dari NKRI yang disesali banyak pihak. Padahal, di sisi lain, lepasnya NKRI juga membersihkan nama Indonesia yang tercemar karena tuduhan pelanggaran HAM di Timor-Timur yang sering tersiar.
Sedihnya lagi, banyak orang memandang pemerintahan Habibie bersifat negatif, padahal dalam pemerintahannya Indonesia akhirnya berhasil melakukan Pemilu yang jujur dan adil untuk pertama kalinya. Ia berusaha membuat sistem pemerintahan yang transparan dan selalu menerapkan sistem demokrasi dalam setiap kebijakan. Ia melahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, serta adanya UU otonomi daerah yang berhasil meredam gejolak disintegrasi yang sudah ada sejak era Orde Baru. Ia juga memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya.
Meski begitu, pihak-pihak yang tidak puas dengannya justru semakin giat menjatuhkannya hingga akhirnya ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi dan lebih banyak tinggal di Jerman. Barulah saat era Presiden SBY, ia kembali ke Indonesia dan aktif sebagai penasihat presiden.
0 komentar:
Posting Komentar